Penalaran,
Proposisi dan Silogisme
1. Jelaskan definisi penalaran dan sebutkan jeni-jenisnya?
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak
benar. Disinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data atau fakta
yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya.
Jenis-jenisnya adalah:
A. Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus
yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Penalaran ini
memudahkan untuk memetakakn suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah
lain yang serupa.
Contoh:
Kerbau punya mata, anjing punya mata, kucing punya mata maka, setiap hewan
punya mata.
B. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus yang lebih umum. Jika
premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil
kesimpulannya benar.
2. Jelaskan definisi proposisi dan berikan contohnya?
Proporsisi adalah pernyataan tentang hubungan yag terdapat
diantara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan
yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang memebentuk
kalimat.
Contoh:
Kalimat-kalimat berikut ini bukan proposisi
a. Bangsa burungkah ayam?
b. Mudah-mudahan Indonesia
menjadi Negara makmur
c. Berdirilah kamu dipinggir
pantai
Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut:
a. Ayam adalah burung.
b. Indonesia menjadi Negara
makmur.
c. Kamu berdiri di pinggir
pantai.
.3. Jelaskan definisi silogisme, jeni-jenis silogisme, dan contohnya ?
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal.
Penalaran dalam bentuk ini jarang diperlukan/ dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang kadang
secara tidak sadar.
a. Silogisme
kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposi. Dua
proposi merupakan tekhnis dan satu proposi merupakan simpulan. Premis yang
bersifat umum disebutu premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut
premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan
disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana
Semua polisi adalah manusia
Jadi, semua polisi bijaksana
Kalau term penengah tidak ada maka kesimpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua manusia bijaksana
Semua polisi adalah manusia
Jadi, (tidak ada kesimpulan)
b. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membenarkan konsukuen. Kalau premis minornya menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konsukuen.
Contoh:
jika bisa dipanaskan, besi akan memuai.
Besi
dipanaskan.
Jadi,
besi memuai.
Jika
besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi
tidak dipanaskan.
Jadi,
besi tidak akan memuai.
c. Silogisme
Alternaif
Silogisme Alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proporsisi alternative. Kalau premis minornya membenarkan salah satu
alternative, kesimpulanya akan menolak alternative lain.
Contoh :
Dia adalah seorang Kiai atau professor.
Dia seorang
Kiai.
Jadi,
dia bukan seorang professor.
Dia
adalah seorang Kiai atau professor.
Dia
bukan seorang Kiai.
Jadi,
dia seorang professor.
d. Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun dalam lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contohnya:
semua sarjana adalah seorang cerdas.
Ali
adalah seorang sarjana.
Jadi,
Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu”Ali adalah orang
cerdas karna adalah seorang sarjana.”
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia
telah menang dalah sayembara itu.
Dengan demikan, silogisme dapat dijadika entimen. Sebaliknya, sebuah
entimen juga dapat diubah menjadi silogisme .
Sumber :
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2008. “Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi”. Jakarta:Akademika Pressindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar